Minggu, 10 September 2017

Renungan Minggu biasa ke-23

Renungan singkat Minggu biasa ke-23
Minggu 10 September 2017

Sumber:
Bacaan I         : Yehezkiel 33:7-9
Bacaan II       : Roma 13:8-10
Bacaan Injil   : Mateus 18:15-20





Renungan

TINGGALKAN BUDAYA NGRASANI, BUDAYAKAN PERBUATAN KASIH

Saudara/I terkasih…
Perhatikan mazmur tanggapan tadi “ Singkirkanlah penghalang sabda-Mu, cairkanlah hatiku yang beku dan dan bimbinglah kami di jalan-Mu”. Mazmur ini adalah sebuah doa. Kita semua mengharapkan agar doa ini mendarah daging dalam diri kita masing-masing. Sebagai pengikut Kristus sangat mengharapkan agar segala apa yang menghalangi perjalanan hidup ini disingkirkan, jika sudah disingkirkan maka hati yang beku oleh keberdosaan kita pasti dicairkan sehingga jalan menuju keselamatan dibimbing-Nya.
Dari kerinduan dan doa ini, apa yang mesti kita buat? Tak ada jalan lain selain perbuatan KASIH.

(ilustrasi mengenai KASIH)
Suatu ketika mas Deny SMS/FBan/ Twiteran dengan mbak Tika. Isi pesannya demikian: Selamat pagi sayang, mengawali hari yang indah dan cerah ini, aku punya pertanyaan tentang KASIH. Kalau kamu bisa menjawab berarti kamu sudah mengerti apa itu KASIH/CINTA. Tetapi kalau tidak berarti sebaliknya.
Ada satu pulai namanya pulai PERASAAN. Di pulau tersebut hiduplah empat orang bersaudara, masing-masing bernama: KASIH, KEKAYAAN, KESOMBONGAN, DAN WAKTU.
Suatu hari pulau Perasaan itu terancam tenggelam. Semuanya sibuk menyelamatkan diri. Masing-masing  mereka naik Perahu, tetapi hanya Kasih/Cinta yang tidak diajak Karena dia setia menanti. Tetapi akhirnya Kasih/Cinta hampir tenggelam. Diapun berteriak minta tolong kepada:
-          Kekayaan: tetapi Perahunya tidak cukup untuk menampung Kasih/Cinta, sebab hartanya melimpah.
-          Kasih/Cinta minta tolong kepada kesombongan: tetapi kesombongan tidak mengijinkan karena takut perahunya kotor
-          Akhirnya Kasih/Cinta minta tolong kepada waktu, dan waktu mengijinkan Kasih/Cinta naik ke Perahunya.
Pertanyaannya: MENGAPA WAKTU  MENGIJINKAN  CINTA  NAIK  KE PERAHUNYA?
Siapapun boleh menjawab, Ada yang menjawab demikian:
-          Karena waktu selalu setia
-          Karena kasih/ cinta butuh waktu
-          Karena hanya waktu yang tahu seberapa besar nilai dari Kasih/Cinta itu.

Umat beriman terkasih…
Pada bacaan kedua, kita mendengar bagaimana Paulus dengan jelas menasehati umat di Roma. “saudara-saudaraku hendaklah kamu saling menhasihi, jangan berzina, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengingini, jangan menghina, jangan ngerasani sesamamu”, yang harus kamu buat adalah “kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”. Persoalan besar yang dilakukan dan dibuat oleh manusia saat ini adalah kurang menyadari bahwa dirinya bersalah, menganggap diri paling benar, paling pintar. Nah…situasi seperti demikianlah yang menghalangi sabda Tuhan, sehingga menjadi beku dan sulit untuk dicairkan kembali.
Tidak perlu gelisah, tak perlu bingung karena untuk mencairkan kembali hati yang beku oleh perbuatan-perbuatan tadi, Tuhan Yesus, melalui penginjil Mateus telah menunjukkan satu jalan, yakni dengan cara “Menegur langsung”. Jika diantara Anda ada yang tidak beres dengan hidupnya. Tidak beres dalam hal ini misalnya melawan perintah Tuhan (berzina, mencuri, malas ke gereja, selingkuh) tegur saja secara langsung. Tidak perlu takut, malu dan tidak sungkan. Justru kalau kita berani menegur orang-orang seperti itu, maka secara tidak langsung kita telah membantunya untuk sampai pada jalan, kebenaran dan hidup. Perkara dia marah, tersinggung dan sakit hati itu urusan belakangan.
Penyakit kita selama ini adalah cenderung membicarakan  kejelekan orang lain di belakang (ngrasani), tidak pernah berani menegur langsung, alasannya jelas takut dimarahin, takut dijauhi, takut orangnya sakit hati dan tersinggung. Jika ini adalah alasan, maka sia-sialah sabda Yesus hari ini.
Yesus bukan hanya menegur dan pergi begitu saja, tetapi selalu beri solusi. Solusinya jelas yakni datang dan hadir pada ibadat sabda hari minggu, ikut Ekaristi, pengakuan dosa, ikut doa lingkungan/KUB, ikut pendalaman BKSN, dan lain sebagainya. Di sana akan merasakan betapa indah dan damainya hidup bersama. Yesus selalu hadir dan berada bersama kita, kapan dan dimanapun kita berada. “sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul demi nama-Ku, Aku hadir di tengah-tengah mereka”. Jadi datanglah kepada-Nya, ikutlah bersama-Nya pasti diberi jalan. Sebab jalan yang ditunjukkan kepada kita adalah benar adanya. Jalan Tuhan selalu lurus dan benar, hanya manusianya saja yang suka membelokkanya serta suka mencari kesalahan, jalan Tuhan selalu suci dan murni, hanya manusianya yang suka menodai dan mencederainya. Benar apa yang dikatakan mazmur hari ini; “Singkirkanlah penghalang sabda-Mu, cairkanlah hatiku yang beku dan dan bimbinglah kami di jalan-Mu”. Amin




Selasa, 05 September 2017

TRUE STORY

KEKUATANKU ADALAH SUARA HATIKU
Hari itu sabtu tanggal dua September 2017, saya berangkat dari kota Mbay kota panas menuju Boawae yang sejuk dan penuh misteri. Misterinya Boawae terletak pada dinamikan perjalananku menuju ke sebuah desa, sebuah stasi dan akhirnya menuju sebuah Sekolah Dasar (SD). Ada apa di sana? Berikut dikisahkan:

Dua minggu sebelumnya saya diminta untuk mengisi salah satu sesi pada temu akbar SEKAMI Paroki St. Fransiskus Xaverius Boawae. Temu akbar ini diadakan setiap tahun, kebetulan tahun ini bertempat di stasi Nagerawe yang kesannya sungguh menyeramkan. Yang menyeramkan bukan orang-orangnya, bukan juga suasanaya namun jalannya menuju ke sana. Jika belum berpengalaman dalam menyusuri jalan yang terjal dan penuh batu mending jangan nekat. Kebetulan saya sudah pernah sekali menuju Nagerawe, kala itu dengan mobil milik paroki Boawae, rasanya dinamika perjalanannya cukup menantang. Entah mengapa hari ini saya nekat dan harus ke sana. Adakah sesuatu yang baik dan menarik yang datang dari Nagerawe? Ah tidak perlu banyak mikir, langsung jalan saja. Apapun yang terjadi saya harus ke sana, saya percaya Tuhan Yesus menyertai perjalananku.
Sekitar pukul 08.15 mulai berangkat dari Boawae. Sepuluh menit awal dengan kondisi jalan yang baik tentu merasa sukacita dan senyuman. Saatnya memasuki kondisi jalan yang sangat memprihatinkan, bisa dibilang sudah tidak layak lagi disebut jalan raya. Antara melanjutkan perjalanan atau kembali lagi menjadi bumbu pergulatanku pagi ini. Suara hati ini tetap mengatakan; terus saja, harus percaya diri, kamu pasti bisa, jangan takut. Kekuatanku adalah suara hatiku. Kondisi jalan yang puruk sebetulnya bukan menjadi momok yang  menakutkan bagiku, yang menjadi kegelisahan dan kekwatiranku adalah kondisi motor yang menemaniku. Sempat berpikiran; tiba-tiba di tengah jalan yang terpuruk itu bannya pecah, remnya blong dan macam-macam. Rupanya rasa gelisah dan kwatir itu berlalu begitu saja sebab saudaraku “motor vega” kondisinya baik-baik saja. Sungguh saya merasa bangga dan bersyukur dengan kondisi motorku yang tetap prima. Terima kasih kawan, engkau telah menemaniku sepanjang hari kendati kondisi jalan yang sangat memprihatinkan. Maafkan bila saya telah melukaimu. Haaaaaaa lebay…

Empat puluh lima menit kutempuh perjalanan yang penuh liku, bebatuan, dan tak terurus ini. Rasa syukur dan sukacita menyelimuti hati ini. Sekitar pukul 09.30 saya tiba di tempat acara, langsung disuguhi kopi hangat oleh panitia acara, di depan ruang istirahatku peserta SEKAMI sedang beraksi  sambil menanti kehadiranku. Kehadiranku bak menanti sang pangeran yang siap meramaikan acara temu SEKAMI ini. haaaa..ah lebay lagi.
Tepat pukul 10.00 saatnya saya harus beraksi. Dihadapan 400 anak SEKAMI saya harus bisa dan siap mengendalikan mereka dengan caraku. Kunci dari temu akbar SEKAMI ini rupanya di sesiku ini. Dikatakan menjadi kunci karena saya harus berbicara mengenai tema yang diangkat pada temu SEKAMI tahun ini yakni “alam yang indah dirawat, dilestarikan hingga anak, cucu”. Caraku mengemas materi tentu lain dari yang lain. Menghadapi anak-anak sekolah dasar tidak boleh ceramah begitu lama, mereka pasti bosan dan jenuh, maka bermodalkan pengalaman akhirnya saya menemukan ide supaya materi yang didalami bersama ini harus dikemas dalam bentuk permainan. Jika dipresentasekan 25 persen materi, 75 persen permainan dan dalam permainan harus dikaitkan dengan materi. Sungguh cara ini berhasil. Mereka begitu antusias menyimak dan mengikuti proses ini.
Sesi pertama dari pendalaman materi ini pun berakhir. Selanjutnya sesi kedua. Sesi kedua saya mengajak mereka DOA ALAM. Tujuannya agar semakin menyadari peserta akan keberadaan mereka sebagai yang merawat dan melestarikan alam ini, tujuan yang lain agar mereka mampu bertobat dan berubah. Awalnya saya  ragu dengan sesi DOA ALAM ini, namun ternyata mereka bisa mengikuti dengan baik dan fokus dengan apa yang saya sampaikan. Berbagai lagu instrument saya putarkan  menemani DOA ALAM siang ini. Teriknya matahari di tempat ini disulap menjadi sejuk, damai dan tenang sebab dalam proses doa ini saya mengajak mereka ke sebuah hutan lebat, duduk di bawah pohon rindang dan disampingnya ada air yang sedang mengalir lembut. Rasanya sejuk dan membantu mereka mengiringi perasaan yang mereka alami saat ini.
Para pendamping yang adalah guru mereka sendiri bahkan pastor kapelan Boawae Rm. Paulus Bongu, Pr menyaksikan langsung peristiwa siang ini. Taka da suara tak ada bisik membisik diantara mereka yang ada hanyalah tenang dan fokus pada apa yang saya katakan. Diakhir doa saya mengajak peserta untuk membangun niat atau rencana apa yang akan dibuat setelah kegiatan ini. niat-niat tersebut ditulis dan dimasukan ke amplop yang telah disiapkan dan akan dijadikan bahan persembahan saat misa penutup kegiatan ini.

Itulah ceritaku siang ini, meskipun perjalanan menuju tempat acara ini sangat menantang namun mendatangkan sukacita dan damai. Jika direnungkan dan mengambil hikmat dari pengalaman hari ini bisa disimpulkan bahwa “ menjadi pelayan Tuhan, tidak hanya di tempat yang nyaman dan mudah dijangkau, tidak harus berkendaraan yang mewah dan jalan yang mulus. Menjadi pelayan-Nya harus mampu melewati berbagai tantangan dan kondisi jalan yang tak tentu, kekuatan dari pelayanan ada pada niat, kemauan dan kerelaan dalam berbagi cinta dan sukacita.
Terima kasih Tuhan untuk waktu dan pengalaman hari ini. saya merasakan Engkau terlibat penuh dalam peristiwa hidupku hari ini. Selamat dan profisiat buat peserta temu SEKAMI paroki Boawae tahun ini, kalian hebat kalian luar bisa. Salam PKD…

Mbay, Sept, 2017
Libertcsa


 Foto-foto lain:

Foto 1: masih di biara sesaat sebelum berangkat



Foto 2: 
salah satu game...




Foto 4:
Bersama Rm. Paulus Bongu, Pr



Foto 5:
Selfi waktu perjalanan pulang





Sabtu, 26 Agustus 2017

KEPERCAYAAN & TANGGUNG JAWAB

Renungan singkat Minggu biasa ke-21
Minggu 27 Agustus 2017

Sumber:
Bacaan I         : Yesaya 22:19-23
Bacaan II       : Roma 11:33-36
Bacaan Injil   : Mateus 16:13-20
Bait Pengantar Injil
Aleluiya
Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya…

Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?" Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi." Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?"  Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." Lalu Yesus melarang murid-murid-Nya supaya jangan memberitahukan kepada siapa pun bahwa Ia Mesias.

Demikianlah Injil Tuhan…










Stasi Dhawe paroki Danga

Renungan

KEPERCAYAAN & TANGGUNG JAWAB

Saudara/I terkasih dalam Kristus..

Suatu ketika pada pelajaran Agama Katolik, bu guru bertanya kepada para murid sebagai awal sebuah proses KBM.
Bu guru      : Anak-anakku yang terkasih, siapa diantara kalian yang ingin masuk Sorga?
Semua peserta didik menjawab sambil berdiri..saya bu guru..saya bu guru…hanya Muzidi yang diam saja.
Bu Guru     : lha Muzidi kok gak menjawab dan diam saja, memangnya kamu tidak mau masuk Surga?
Muzidi        : lha memangnya mau berangkat sekarang bu? Haaaaaaa
Bagaimana dengan Anda? Apakah ingin masuk Sorga? Kalau ingin silakan berangkat sekarang, Petrus sudah menanti di sana..haaaaaa

Umat beriman yang terkasih…
Sebagai orang beriman pada Kristus, pintu itu selalu terbuka. Pintu pengampunan, pintu pertobatan, pintu belas kasihan, pintu kerahiman selalu disiapkan bagi kita yang percaya pada-Nya. Pintu terakhir yang akan kita datangi adalah pintu Kerajaan Sorga. Siapa diantara kita yang tidak merindukan dan menginginkan pintu terakhir itu? Pasti kita semua merindukan dan menginginkannya. Hanya kapan kita ke sana tentu belum tahu, itu urusan BOSS di atas. 
Hari ini Yesus memberi kepercayaan kepada Petrus untuk memegang kunci Kerajaan Sorga. Namun perlu disadari bahwa untuk sampai pada kepercayaan itu, butuh sebuah dialog iman. Bisa saja melalui test wawancara/dialog iman antara Yesus dan para murid. Perhatikan dialog tersebut;
Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?"  Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!"
Adanya dialog iman ini, sebetulnya ingin menguji seberapa jauh, seberapa dalam pengenalan mereka akan Guru akan sahabat yakni Yesus Kristus yang sudah lama telah bersama mereka.Sungguh jawaban mereka sangat diplomatis dan bermacam-macam. Cara Yesus bertanya pertama-tama bukan menguji pengetahuan para murid yang super cerdas, namun pertanyaan Yesus lebih pada seberapa dalam relasi mereka akan Yesus dan bagaimana relasi itu dijadikan pedoman dan harapan akan kebangkitan. Petrus yang adalah Rasul paling aktif, proaktif meskipun menyangkal Yesus juga toh dipercaya untuk menjadi pemimpin gereja Katolik hingga kini. Jawaban Petrus yang super smart itu mengantar kita pada suatu keyakinan dan kepastian bahwa Gereja adalah jalan keselamatan bagi kita. “Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga.
Petrus sendiri adalah kunci itu. Segala apa yang Yesus ajarkan kepada kita, telah nyata dihadapan kita yakni janji KESELAMATAN. Dan keselamatan itu adalah Yesus sendiri, maka segala sesuatu dari Allah, ada karena Allah dan menuju pada Allah. Demikian Santo Paulus mengatakannya kepada umat di Roma. Bagi Dialah kemuliaan selama-lamanya.

Saudara/I terkasih..
Berbicara tentang kepercayaan berarti berbicara tentang bagaimana mempertanggung jawabkan atas iman kita pada Kristus, Yesus. Hal demikian bukan perkara mudah, butuh proses dan proses itu butuh perjuangan.
Pertanyaan Yesus kepada para murid-Nya sebetulnya pertanyaan untuk kita juga dan pertanyaan semacam itu masih sangat relevan hingga saat ini, belum lagi di tengah situasi dunia yang penuh pergulatan, ruwet, penuh tantangan dan dosa. Lalu apa jawaban kita? Silakan dijawab dalam hati dan dibawa pulang, bila perlu pertanyaan Yesus itu (siapa AKU menurutmu), selalu muncul dalam hati kita masing-masing, sehingga menjadi kekuatan dan bekal bagi kita menuju pada pintu yang kita rindukan dan dinantikan. Amin



SELAMAT HARI MINGGU, TUHAN MEMBERKATI

Foto-foto lain:









Rabu, 23 Agustus 2017

SURAT KASIH UNTUK GENERASI BARU MBOHANG



Untukmu Para 
Generasi baru Mbohang

Salam kasih dan damai,
Apa kabar Anda semua? Semoga baik-baik saja dan tentunya salalu dalam lindungan dan berkat-Nya. Harapan yang sama semoga kedatanganku melalui surat ini tidak mengganggu aktivitas anda dan kiranya membantu anda untuk semakin mengenal dan mencintai diri sendiri. Surat ini sengaja saya buat dengan maksud agar teman-teman semua, para generasi baru Mbohang mampu menyadari diri serta siap membangun masa depan “beo Mbohang” tercinta menjadi lebih baik dan bermartabat. Terus terang sebagai putera Mbohang merasa bangga dan penuh sukacita melihat perkembangan di “beo Mbohang”, baik perkembangan bangunan (rumah), jalan raya, ekonomi, pendidikan, moral spiritual dan lain sebagainya. Adakah perkembangan lainnya? Silakan diisi sendiri. Yang jelas sepintas saya mengamati bahwa kedepannya “beo Mbohang” akan menjadi lebih baik, bermartabat bahkan menjadi “beo berpendidikkan”.
Para Generasi baru Mbohang terkasih…
Masa depan beo Mbohang ada di tanganmu, ada di tangan kita di hati kita masing-masing. Belum ada kata terlambat untuk selalu berusaha dan memperbaikinya. Yang lalu biarkanlah  berlalu sesungguhnya yang baru telah datang dan sudah ada di hati kita masing-masing.
Lewat surat ini ada tiga pesan utama yang ingin saya sampaikan:



Pertama: UNTUK GENERASI  LAMA/GENERASI PIONER. Generasi lama atau generasi pioner yang saya maksud adalah orang tua kita, kakek, nenek kita; baik yang sudah meninggal maupun yang masih hidup. Terlebih yang merintis beo ini diantaranya; ema Lantu dari kampung Rejeng, ema Dampul dari Karot dan ema Ngatang dari Tonggur.
Dari hati yang paling dalam saya mengucapkan syukur dan berterima kasih atas segala kebaikan, segala yang telah kalian berikan untuk beo tercinta ini. Besar harapan kami sebagai anak-anak, cucu, cicit agar kalian tetap mendoakan beo Mbohang, mendoakan kami generasi baru Mbohang sehingga kedepannya beo tercinta ini selalu dalam lindungan-Nya.



Kedua: UNTUK GENERASI TENGAH/GENERASI BERBUDI. Generasi tengah atau generasi berbudi yang dimaksud adalah generasi yang sudah lulusan studi di Perguruan Tinggi dan sudah mengabdi. Ingat bahwa kita bisa dan jadi seperti ini tentu berkat doa dan dukungan dari keluarga-keluarga di beo Mbohang. Nama beo Mbohang begitu harum mewangi justru karena telah mencetak begitu banyak intelektual dengan profesi masing-masing; ada yang jadi pendidik, imam, biarawan/I, pengusaha. Jika dipresentasekan memang yang dominan adalah pendidik (guru) sekitar 80%. Masih menunggu calon imam, biarawan/I yang lainnya.
Bagi kita generasi tengah/generasi berbudi adakah sesuatu yang baik datang dari kita? Adakah sesuatu yang telah kita buat untuk beo Mbohang? Jika belum, maka saatnya kita membuka diri membuka hati untuk berbagi. Berbagi tidak harus dengan harta, kekayaan yang kita miliki, tetapi berbagilah apa yang menjadi kompetensi kita. Satu hal yang pasti tetaplah menjaga nama baik beo Mbohang agar namanya tetap harum mewangi selama-lamanya.  

Ketiga  : GENERASI EMAS. Mengapa Generasi emas dan siapakah generasi emas itu? Seorang pendidik pernah mengatakan demikian:“ proses pendidikan  itu ibarat pengolahan sampah menjadi emas”. Butuh proses, butuh usaha, butuh ketelitian, ulet dan bertanggung jawab. Emas itu baru dikatakan emas jika dia mampu melewati proses itu. Beda halnya dengan perhiasan. Perhiasan hanya terlihat indah dan menarik karena hanya melewati satu proses yakni kreativitas pengrajin. GENERASI EMAS yang saya maksud adalah generasi yang sedang studi, generasi yang sedang berjuang, sedang berproses menuju masa depan yang cerah. Kepada kalian saya ingatkan: teruslah berjuang, belajar terus menerus dan HARUS BANYAK MEMBACA, jangan sia-siakan dukungan orang tua “nuk dempul wuku tela toni”. Yang paling penting lagi adalah jaga kepercayaan. Tidak semua anak bisa disekolahkan seperti anda, oleh sebab itu jagalah dan peliharalah kepercayaan itu. Selamat berjuang para Generasi emas, Tuhan memberkati.
Kiranya itulah inti surat kasih yang saya buat. Mengapa dikatakan surat kasih? Dikatakan kasih karena segala sesuatu yang kita peroleh segala apa yang kita miliki bersumber pada kasih Tuhan sendiri. Mari berbagi kasih. Kasih itu sederhana, tidak butuh imbalan.
Selamat membaca para generasi baru Mbohang semoga bermanfaat. Tuhan memberkati

Mbay Agustus 2017
Salam dan doaku
Br. Libert, CSA

Foto-foto lain situasi kekinian beo Mbohang
Foto 1:
Tampak sawah bea lanar dari Villa Mbohang


Foto 2:
Kebun jahe di Lingko Golowua

Foto 3:
Paroki Rejeng/Ketang tampak dari Golo Maria, 
Jalan menuju Mbohang


Foto 4:
Rm. Eman Haru, Pr saat Komuni pertama 
di Stasi Mbohang thn 2016


foto 5:
Nampak kedua anak kecil bergembira
foto depan kapela Mbohang oleh Br. Libert thn 2016


Foto 6:
salah satu sudut beo Mbohang
Tampak Ibu Vita sedang mengendarai motor kesayangannya


Foto 7:
Kapela Stasi Mbohang
Tempat pesemaian Iman dan panggilan orang Mbohang


Foto 8:
Dalam satu acara pesta sekolah tahun 2016
Tampak barisan paling depan: 
Bapak Gabriel, kae Adri Galus, kae Kani Nudin, kae Sales Palis


Foto 9:
Depan Rumah adat suku Karot thn 2016
sesaat setelah misa syukur panen









Sabtu, 19 Agustus 2017

CINTA & PERHATIAN SEORANG IBU

Renungan singkat Minggu biasa ke-20
Minggu 20 Agustus 2017

Bacaan Injil : Mateus 15:21-28

Lalu Yesus pergi dari situ dan menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon. Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru: "Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita." Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-murid-Nya datang dan meminta kepada-Nya: "Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak." Jawab Yesus: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel." Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata: "Tuhan, tolonglah aku." Tetapi Yesus menjawab: "Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." Kata perempuan itu: "Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya." Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki." Dan seketika itu juga anaknya sembuh

Renungan…
PERHATIAN DAN CINTA SEORANG IBU
MENDATANG SUKACITA

Umat beriman yang mencintai dan dicintai Tuhan…
Sebelum saya melanjutkan renungan ini. sejenak saya mengajak bapak/ibu adik-adik sekalian untuk menghadirkan sosok ibu kita saat ini. Hadirkan dia, pandanglah dia, tatap dia penuh cinta. Karena bagaimana pun juga kita dibesarkan, dewasa seperti ini justru karena perhatian dan cinta dari seorang Ibu. Hal yang dilakukan seorang Ibu, seorang perempuan Samaria hari ini menggambarkan akan kepercayaan, akan imannya pada Yesus. Dia tak henti-hentinya memohon agar Yesus menyembuhkan anak perempuannya yang sedang kerasukan setan dan sangat menderita. Perjuangan dan usaha seorang ibu bukan utk siapa-siapa, dia melakukan hanya demi anaknya. Meskipun dalam perjumpaannya dengan Yesus sempat ditolak oleh para murid-Nya. Satu hal yang pasti bahwa Iman seorang Ibu itu sungguh luar biasa.

Bagaimana dengan umat sekalian? Apa yang pernah dibuat atau dilakukan oleh seorang ibu untuk Anda?
Cinta, perhatian, kasih sayang mendatangkan sukacita dan damai.
Pada bacaan pertama, Yesaya dengan jelas mengatakan bahwa barangsiapa yang melayani Tuhan, memelihara hari sabat dan tidak menajiskannya serta berpegang pada perjanjiannya pasti mengalami SUKACITA.
Mengapa Yesus dengan segera melayani ibu tua itu, jawabannya jelas. Karena ibu ini menyadari bahwa sebagai pengikut kristus dia harus dekat dengan-Nya, mampu memelihara hari sabat (ke gereja setiap minggu, bukan dipakai utk ke kebun), ibu ini juga selalu berpegang pada perjanjian-Nya. Apa janji itu? Ya KESELAMATAN. Perhatikan sukacita yang dialami. Bukan hanya dialami dan dirasakan seorang ibu, namun si anak perempuan itu tentu mengalami sukacita yang besar. Bukan hanya terjadi pada si anak, namun juga bagi Yesus sendiri. DIA mengalami sukacita karena bisa menyembuhkan orang dari kerasukan yang dialami. Perasaan sukacita selalu menjadi pengalaman iman seumur hidup. Pertanyaan untuk kita saat ini: sudah kah saya melakukan seperti yang dilakukan Yesus atau pernah kah saya membuat orang lain merasa bahagia? Jangan-jangan selama ini cenderung merusak kehidupan orang lain, jangan-jangan selama ini suka iri, cemburu terhadap keberhasilan orang lain, bahkan menggunakan kekuatan ilah-ilah lain/ kekuatan setan, ilmu hitam untuk mematika usaha dan kehidupan sesamanya. Jika ini yang terjadi maka sia-sialah iman kita pada Yesus.

Perhatikan kata-kata Yesus: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel."
Kita semua, saya dan Anda adalah domba-domba yang hilang. Hilang dari ingatan, hilang dari apa yang pernah diajarkan Yesus, hilang dari perbuatan yang baik, cenderung ke yang kurang baik.

Saudara/I sekalian yang dikasihi Tuhan…
Hari ini Yesus datang menemukan kembali domba-domba itu. Jika selama ini kita kurang menghargai sesama saatnya kita saling menghargai. Jika hari selama ini kita kurang mencinta dan memperhatikan sesama kita, saatnya kita sebarkan virus perhatian dan cinta. Jika selama ini kita sering menyakiti hati sesama, pernah iri hati, cemburu dengan sesame kita, saatnya kita mengubah diri, saatnya kita memperbaiki diri. Sifat kecemburuan, iri hati, menyakiti sesame bukanlah pribadi yang dibentuk oleh Yesus dan ajaran-Nya. Namun dibentuk oleh roh jahat yang selalu menghantui pikiran, perasaan dan perbuatan kita.

Sabda Tuhan hari ini seungguh menggerakkan hari dan budi agar mengubah cara hidup lama menjadi hidup baru yang penuh cinta dan perhatian sehingga mendatangkan sukacita. Belajarlah dari seorang ibu yang dengan caranya masing-masing mampu menularkan kebaikan, mampu menularkan cita, perhatian sehingga sukacita dan damai dialami dan dirasakan oleh siapapun.

Begitulah cara Yesus menebarkan kasih dan cinta-Nya. Sederhana namun sungguh mengena. Amin

Mbay, 20 agustus 2017

Stasi Dhawe paroki Danga, Mbay
Libertcsa

Ket Foto:
Perjalanan menuju stasi Dhawe, Nagekeo